Senin, 05 April 2010

SAJAK KEGELIMANGAN SUFI -Kepada Utsman bin Affan

jagat raya bertaburan butir-butir kenikmatan
mematangkan segala bentuk pengabdian
menjadi kutu busuk
dari balik dedaunan yang rindang
dinar-dinar bertaburan
tak termuat dalam kantong kesederhanaan
para pengembara sudah mulai dahaga
tak mampu mendobrak pertahanan nafsu
tak tertandingi
dari bukit kesabaran
kau menyapa dunia
dengan uluran tanganmu
bergetarlah segala yang ada
mencicipi kenikmatan Ru’yah Ilahi
dari celah dunia
kau adalah kebun kesederhanaan
yang melahirkan buah-buah tangguh
memutuskan benang-benang hitam
mendekap, membelenggu
kau adalah perintis Tasawuf Ba’ast
melintasi jembatan penuh duri dan bara api
tak ada keluh kesah dari bibirmu
tak terbersit pilu di jantung hatimu
di sisimu, harta kehilangan mahkota
wanita kehilangan solekan
anak kehilangan aposan
di siang hari, lisanmu tak tersentuh
barang dengan setetes madu
kau biarkan jeritan-jeritan haru
yang lahir dari perut pertapaanmu
di malam hari, tak kau kosongkan jisimmu
melingkar di atas dipan
melainkan kau jadikan air matamu
sebagai pemadam api neraka kelak
kau jadikan kegelimangan menjadi jembatan
jurusan sorga firdaus, tiada kira
dan sajak ini adalah sajak penghormatan
untukmu, Utsman
janganlah khawatir
jejakmu belum punah dari dunia
berjanji seribu tahun lagi
di atas tumpukan dinar
kau bersujud, bertasawuf
menadah karomah Nasruz-zaman dari langit
dinar adalah sajadahmu
kesabaran adalah tongkatmu
dan kesederhanaan adalah rasokanmu
langit bumi bersaksi
di hadapan ilahi
tentang jejakmu…


09 Januari 2010

Sajak Hisab Jiwa

Karena kau menjanjikan cahaya
Di waktu aku mengarungi lekukan daun pepaya
Akan kuhempaskan bisikan mengharap
Terlunta-lunta menghilang dalam sekejap

Setiap apa yang kau oretkan di kertas putih
Menjadi bekas-bekas abadi dalam madani
Takkan ada pengkaburan angka-angka
Karena setiap langkahku telah merata

Jiwa-jiwaku bangkit di atas tumpukan dinar
Mengkilau menyilaukan indera penglihat
Menyamarkan jalan setapak menuju keabadian
Jalan-jalan yang merindukan musafir tuhan

o…gusti!
Bagaimana aku bisa terlepas dari ikatan birahi
Aku melawan, dia menyerangku lebih ganas lagi
Aku diam, dia mengrogotiku sampai aku lumpuh

Bagaimana nasibku kelak?
Tatkala catatan-catatan amal diumumkan
Sementara tubuh-tubuh banjir dengan peluh dingin
Jiwa-jiwa bergetaran
Menanti qadahya dari tuhan

Seandainya kutahu akan seperti ini
Takkan kubiarkan nafsu meracuni
Sawah-sawah suburku dahulu kala

Tak ada guna kata menyesal saat ini

Aku pasrah…!
Mendah hujan apa saja
Menghujam jiwa lemah ini

07 Februari 2010